Idul Fitri menjadikan kita yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan mengharapkan ridha Allah kembali ke fitrah diri, bersih dari dosa-dosa bagaikan bayi baru lahir dari kandungan sang ibundanya, sehingga ke depannya hidup dan kehidupan kita dalam kaitan beribadah kepada Allah dan bermasyarakat haruslah semakin baik setelah menjalani ‘’pemusatan latihan’’ sebulan penuh di bulan ‘’pembakaran’’ dosa dan tempat menabung pahala.
Kebiasaan selama ini, sehabis bulan puasa, maka sisi kehidupan religius banyak orang juga ikut berakhir, dan mereka kembali ke sisi kehidupan yang duniawi kembali. Orang-orang seperti itu pada umumnya hanya mengejar target dan keuntungan seperti yang dianut orang-orang di negara kapitalis (Barat), mumpung diberi bonus maka beribadahnya pun mati-matian. Setelah masa bonus selesai maka kehidupannya kembali seperti semula. Ramadhan tak memberi makna apa-apa pada dirinya.
Jadi, target kita berpuasa harusnya diubah. Tidak hanya mengejar pahala, tetapi harusnya mencari ridha Allah SWT. Kalau mengejar pahala bisa-bisa menjadi ria, puasa pun menjadi tidak berguna, hanya mendapatkan rasa haus dan lapar saja, karena tidak menjaga mulut dan lidah, misalnya, sementara pahalanya yang
dikejar malah melayang. Sangat merugilah orang-orang seperti itu.
Hemat kita, makna puasa hingga Idul Fitri adalah membersihkan jiwa dan raga, meningkatkan keimanan dan kepedulian sosial, serta tali silaturahim dengan jiran tetangga, sanak keluarga, handai tolan, teman-teman maupun dengan kolega kerja.
Momentum Idul Fitri yang merupakan hari kemenangan harus diisi dengan aktivitas kebaikan sesama manusia, saling bermaaf-maafan, termasuk memperhatikan keberadaan anak yatim dan fakir miskin di sekitar kita. Jangan sampai di Hari Raya Idul Fitri masih terdapat orang-orang yang tidak makan, sementara panganan di rumah kita melimpah.
Puasa hendaknya sudah mengajarkan kita untuk berempati, bisa merasakan duka nestapa kehidupan orang-orang miskin karena kurang makan sebagaimana rasa lapar dan haus yang dirasakan orang-orang puasa.
Oleh karena itu, mari kita rayakan Idul Fitri secara Islami. Ramai-ramai kita melakukan syiar Islam dengan melakukan takbir, berzikir, membaca tasbih, tahmid, dan istighfar) melaksanakan shalat malam sunnah, membaca Al – Quran dan lain – lain di malam menjelang Idul Fitri.
Membayarkan zakat fitrah, berinfah dan bersedekah jangan dilupakan. Kemudian paginya ramai-ramai kita melaksanakan shalat Ied di lapangan terbuka atau masjid-masjid, dan selesai shalat saling meringankan langkah untuk mengunjungi kerabat jauh maupun dekat, kita pererat hubungan dengan sesama manusia; ’’hablum minannas’’ sembari mengucapkan ’’minal aidin wal faizin’’ mohon dimaafkan lahir dan batin.=